Sabtu, 29 Oktober 2011

Soal Hak Siar, Banyak Klub yang Dirugikan

Kabar soal pembelian hak siar dan penguasaan hak komersial PT Liga Indonesia oleh salah satu tv swasta senilai Rp 130 milyar untuk satu musim kompetisi 2011/2012, sebenarnya dihembuskan untuk mengatrol kredibilitas PT LI didepan klub-klub yang sedang dirayu bergabung ke kompetisi yang tidak sah di mata PSSI tersebut.

Akan tetapi jika berpikir cerdas dan memakai common sense (akal sehat), ini sebenarnya adalah pengakuan terang-terangan bahwa selama ini PT LI telah melakukan 'konspirasi' besar, dengan mengebiri hak-hak komersial yang melekat di ISL, dengan menjualnya secara under value.

Eksekutif PT LI tidak tahu atau pura-pura tidak tahu market value dari kompetisi ISL, sehingga secara bodoh menjual hak siarnya hanya senilai Rp 10 milyar per musim kepada Anteve.

Dan, akibatnya benefit berupa revenue sharing yang didistribusikan ke klub-klub sangat tidak signifikan. Banyak klub dirugikan secara materi, karena potensinya besar, tapi realisasinya kecil.

“Sekarang eksekutif yang sama yaitu Joko Driyono selaku CEO PT LI hasil restrukturisasi di RUPS ilegal (tanpa dihadiri PSSI selaku pemegang saham mayoritas) mendadak jadi pintar mengeksploitasi nilai komersil ISL sehingga bisa mendapatkan kontrak Rp 130 milyar dari Anteve,” ucap juru bicara IPL, Ari Wibowo, Minggu (30/10/2011).

Menurutnya aneh sekali jika klub-klub yang sebenarnya selama ini dikebiri haknya, tapi sekarang justru tergiur dengan iming-iming oleh pengelola kompetisi yang seharusnya dianggap non performance itu.

Patut diduga ini adalah sebuah bentuk tebar pesona yang dilakukan PT LI guna mencari mangsa klub yang bersedia diajak migrasi ke liga ilegal ketimbang bermain di IPL yang sah di bawah PSSI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar